INGATAN/MEMORY
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar
Psikologi
Dosen
Pembimbing:
Diususun Oleh :
Dian
Mutiarasari
08470051
PRODI KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011
BAB. I
PENDAHULUAN
Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Ingatan berhubungan
dengan pengalaman-pengalaman yang telah lampau. Dengan adanya kemampuan
mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu menerima,
menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Apa
yang telah pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan
dalam jiwanya, dan apabila diperlukan hal-hal yang disimpan itu dapat
ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Tapi inipun tidak berarti bahwa semua
yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat
seluruhnya ditimbulkan kembali. Karena itu ingatan merupakan kemampuan yang
terbatas.
Dalam makalah ini
akan dipaparkan mengenai pengaertian ingatan/memory, sifat-sifat ingatan/memory
serta implementasi ingatan/memory dalam kaitannya dengan kegiatan KBM guru
mengajar di kelas.
BAB. II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ingatan Memory
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima,
menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi, ada 3 unsur dalam perbuatan
ingatan; menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan.
Orang yang dapat mengingat sesuatu kejadian, ini berarti kejadian
yang diingat itu pernah dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah
dimasukkan ke dalam jiwanya, kemudian disimpan dan pada suatu waktu kejadian
itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan demikian ingatan itu merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning),
menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering)
hal-hal yang telah lampau (Woodworth dan Marquis, 1957).[1]
Dengan kata lain ingatan merupakan kemampuan psikis untuk
memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan
kembali (remembering) hal-hal yang lampau.
B.
Sifat-sifat Ingatan/ Memory
Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti
ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali
dari sesuatu yang pernah dialami. Namun tidak berarti bahwa semua yang pernah
dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatannya, oleh karena ingatan
kemampuan yang terbatas.
Sifat-sifat ingatan:[2]
1.
Ingatan
yang cepat dan mudah: seorang dapat dengan mudah dalam menerima kesan-kesan
2.
Ingatan
yang luas: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan-kesan dan dalam
daerah yang luas
3.
Ingatan
yang teguh: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan
tetap sebagaimana pada waktu menerimanya (tidak mudah lupa)
4.
Ingatan
yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan
tetap sebagaimana pada waktu menerimanya
5.
Ingatan
mengabdi atau patuh: kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksi
dengan lancar
Prestasi ingatan berhubungan erat dengan kondisi jasmani, misalnya;
kelelehan, sakit, dan kurang tidur juga menurunkan prestasi ingatan. Dari
factor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia ialah kurang lebih pada
masa kanak-kanak (10-14 th), dan ini baik sekali untuk daya ingatan mekanis,
yakni daya ingatan yang hanya untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah umur ini
mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi, tetapi hanya untuk kesan-kesan
yang mengandung pengertian (daya ingatan logis). Dan ini berlangsung antara
umur 15-50 th.
Ingatan berhubungan pula dengan emosi seseorang. Factor sugesti dan
perasaan memegang peranan besar dalam penentuan kualitas ingatan. Rasa takut,
cemas, ragu-ragu, gugup, minder dan malu semua dapat mempengaruhi ingatan
seseorang.
Salah satu produk dari ngatan adalah mengenal kembali. Mengenal
kembali ialah (recognize) ialah kesadaran masa lampau sebagai akibat
dari pengamatan. Pengenalan kembali itu berlangsung dengan bantuan impuls dari
luar. Disamping pengenalan kembali, ada peristiwa mengingat kembali (to
remember, to recall), yaitu kesadaran masa lampau, dikaitkan reproduksi.
Jika pngenalan kembali ditimbulkan oleh impuls dari luar maka mengingat kembali
disebabkan oleh adanya perangsang/impuls dari dalam atau internal. Peristiwa
lain yang sangat penting dalam ingatan ialah aktivitas psikis mencamkan
(memasukkan-meletakkan). Usaha dengan sengaja memasukkan-meletakkan bahan
pengenalan dalam ingatan itu disebut “memorisasi”.
Dalam memorisasi dapat berlansung dengan cara “otomatis” atau
berlangsung dengan sendirinya, tanpa menggunakan akal atau tidak sengaja.
Sekalipun dengan memorisasi memungkinkan orang dapat mengingat apa yang telah
dipelajarinya, tetapi tidak berarti bahwa semua “memory traces” ini akan tetap
tinggal dengan baik, karena pada suatu saan akan hilang, dalam hal ini orang
mengalami kelupaan. Yang mana seseorang tidak dapat mereproduksi tanggapan-tanggapan
yang pernah dialami, padahal ingatannya sehat.
C.
Implementasi Ingatan dalam Kegiatan Belajar Mengajar Guru di Kelas
Berhubungan dengan adanya ingatan yang berlainan, maka guru harus
mengingat juga, dalam hal memberikan bahan pelajaran kepada anak didiknya,
dengan memperhatikan bahwa ingatan itu bersifat individual, artinya tiap anak
mempunyai type-type ingatan sendiri. Maka seorang guru harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:[3]
1.
Guru
jangan terlalu cepat pada waktu menerangkan suatu bahan pelajaran. Tapi jangan
pula terlalu lambat agar anak ingatannya cepat, tidak lekas bosan.
2.
Usahakan
agar tidak terlalu banyak bahan yang diberikan dalam satu jam pelajaran. Sebab
banyak berarti juga cepat.
3.
Usahakan
agar bahan pelajaran itu harus diulang setiap ada kesempatan, dan guru harus
mengusahakan pula agar anak mengulang pelajaran sesuai dengan “hukum jost”,
yang berbunyi: “ulangan yang dijalankan beberapa kali, meskipun hanya sebentar,
akan berhasil lebih baik, daripada ulangan itu dijalankan dalam waktu yang
lama, tetapi hanya satu atau dua kali. Hukum itu dirumuskan sebagai berikut:
6x2, 4x3, artinya: ulangan yang dilaksanakannya hanya 2 jam, tetapi selama 6
hari, akan berhasil lebih baik daripada ulangan itu dilaksanakan 3 jam
terus-menerus, tetapi hanya selama 4 hari.
4.
Usahakan
agar bahan pelajaran tidak mudah berubah-ubah, ada baiknya diikutsertakan
bekerjanya macam-macam indera (indera pendengar, peraba, membaca keras-keras
dll). Untuk itu pemberian pelajaran harus dapat memberikan pengamatan yang
mendekati kenyataan, dengan kata lain harus diperagakan.
5.
Untuk
dapat menimbulkan kesan-kesan itu dengan cepat dan patuh, anak harus diberi
metode yang baik di dalam menghafal di luar kepala (learning by heart). Dalam
hal ini orang menggunakan beberapa metode yaitu:
a.
Metode
G (Ganslem) atau metode K (Keseluruhan); yaitu metode belajar secara
keseluruhan. Metode ini untuk menghafal sesuatu yang hanya sedikit. Misalnya
sajak yang tidak terlalu panjang, bisa dihafalkan secara keseluruhan.
b.
Metode
T (Teillem) atau metode B (Bagian-bagian), yaitu metode balajar bagian demi
bagian. Metode ini digunakan untuk menghafal sesuatu yang banyak. Caranya bahan
pelajaran yang panjang, dipelajari dan dihafalkan sedikit demi sedikit baru
digabungkan.
c.
Metode
V (Vermittelende) atau Metode C (Campuran); metode pengantara yaitu ada yang
dihafalkan bagian demi bagian dan ada yang secara keseluruhan. Jadi metode V
merupakan kombinasi dari metode T dan metode G. Dengan demikian yang paling
baik adalah metode C sebab dengan metode ini anak mengamati terlebih dahulu
secara keseluruhan dan memperhatikan kesukaran-kesukaran lebih dahulu, baru
nanti dihafalkan secara keseluruhan.
6.
Untuk
mempertinggi prestasi beljar murid-murid dan para mahasiswa perlu dibangunkan
emosi dan kemauannya, agar aktifitas belajar/study jadi lebih menyenangkan dan
lebih menggairahkan. Maka ulangan sangat diperlukan untuk memperbesar prestasi
ingatan itu.
Cara penyeliikan ingatan:
1.
Metode
mempelajari (the learning method)
Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan
dengan cara melihat sampai sejauh mana waktu yang diperlukan atau usaha yang
dijalankan oleh subjek (S), untuk dapat menguasai materi yang dipelajarai
dengan baik.
2.
Metode
mempelajari kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subjek disuruh
mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu criteria
tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut pada pertama kali. Makin
sering dipelajari materi tersebut, waktu yang dibutuhkan semakin pendek. Ini
berarti bahwa pada “relearning” ada waktu yang dihemat atau disimpan. Kerena
itu metode ini juga sering disebut “saving method”.
3.
Metode
rekonstruksi
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subjek disuruh
mengkonstruksi kembali suatu materi yang diberikan kepadanya. Dalam
mengkonstruksi itu dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan
yang diperbuat sampai pada criteria tertentu.
4.
Metode
mengenal kembali
Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan
kembali. Subjek disuruh mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi
untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingan dengan bentuk pilihan
benar salah, atau dengan pilihan ganda (multiple choise).
5.
Metode
mengingat kembali
Metode ini ialah mengambil bentuk subjek disuruh mengingat kembali
apa yang telah dipelajarinya.
6.
Metode
assosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subjek disuruh mempelajari materi
secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam
mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus dan
subjek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, 1998. Pikologi Umum. Rineka Cipta: Jakarta
Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum. ANDI:
Yogyakarta
aku suka ni tulisan kamu,,
BalasHapuskamu sudah serjana ya sekarang